Pada tanggal 5 November 2024, suasana di Kampung Suaran, Kabupaten Berau, tampak lebih hidup dari biasanya. Petani kakao dari tiga kampung di Hulu Sungai Kelay yaitu Long Lamcin, Long Pelay, dan Long Keluh, datang untuk mengikuti kegiatan studi banding budidaya kakao. Dengan semangat belajar yang tinggi, para petani ini berkumpul di balai desa Kampung Suaran, siap menyerap ilmu yang akan diberikan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang praktik budidaya kakao yang efektif dan berkelanjutan, dengan harapan dapat meningkatkan hasil panen dan kualitas biji kakao di kampung masing-masing.
Hari pertama kegiatan studi banding dimulai dengan pembukaan oleh Kepala Desa Suaran, Arif Sugiarto. Dalam sambutannya, Arif menyampaikan harapannya agar kegiatan ini menjadi inspirasi bagi para petani untuk menerapkan teknik-teknik yang lebih modern dalam budidaya kakao. Setelah pembukaan, sesi materi dimulai, mencakup berbagai aspek budidaya kakao. Materi yang disampaikan meliputi teknik penanaman, perawatan pohon muda, pemeliharaan pohon yang mulai berbuah, hingga perawatan pohon yang sudah produktif. Tak hanya itu, peserta juga diajarkan cara pemanenan yang benar serta teknik fermentasi biji kakao untuk meningkatkan kualitas produk.
Setelah sesi materi selesai, para peserta diajak langsung ke kebun milik warga Kampung Suaran untuk praktek lapangan. Mereka belajar cara menanam bibit kakao dengan benar dan melakukan perawatan pohon muda, seperti pemangkasan yang tepat dan pemberian pupuk organik. Praktek ini mendapat antusiasme tinggi dari para peserta karena memberikan pengalaman langsung yang sangat bermanfaat.
Hari kedua, kegiatan dilanjutkan dengan fokus pada teknik penyambungan pohon kakao, sebuah metode yang memungkinkan pohon menghasilkan varietas kakao unggul. Para peserta juga diajarkan cara fermentasi biji kakao dengan benar serta proses penjemuran yang baik untuk memastikan kualitas biji kakao tetap terjaga. Proses ini sangat penting karena fermentasi yang optimal dapat meningkatkan cita rasa kakao dan nilai jualnya di pasar.
Selain praktek, materi tambahan disampaikan oleh perwakilan dari Borneo Kakao, sebuah perusahaan pembeli biji kakao. Dalam presentasinya, pihak Berau Kakao menjelaskan kriteria biji kakao yang terfermentasi dan kering dengan baik. Pengetahuan ini membuka wawasan para petani tentang pentingnya menjaga kualitas biji kakao agar dapat dihargai lebih tinggi. Mereka juga diberikan contoh biji kakao berkualitas tinggi sebagai acuan.
Interaksi langsung dengan perwakilan Borneo Kakao memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara kualitas produk dengan peluang pasar. Para petani merasa lebih percaya diri untuk meningkatkan standar produksi mereka demi meraih harga jual yang lebih baik.
Di akhir kegiatan, peserta menyampaikan kesan dan pesannya. Leni, seorang petani kakao dari Kampung Long Keluh, mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat membuka matanya terhadap pentingnya perawatan pohon kakao yang lebih intensif. “Saya tidak menyangka cara fermentasi dan penjemuran ternyata sangat memengaruhi harga jual. Ilmu ini akan langsung saya terapkan di kebun saya,” ujarnya penuh semangat.
Sementara itu, Alexius dari Kampung Long Pelay merasa bersyukur bisa mengikuti kegiatan ini. “Kegiatan ini memberi kami ilmu baru, terutama tentang penyambungan pohon kakao. Saya yakin, dengan teknik ini, kami bisa meningkatkan hasil kebun kami,” katanya. Ia juga mengapresiasi keramahan warga Kampung Suaran yang sangat membantu selama kegiatan berlangsung.
Studi banding ini menjadi langkah awal yang penting untuk memajukan sektor kakao di Hulu Sungai Kelay. Dengan semangat belajar dan kerja keras, para petani optimis dapat menerapkan ilmu yang didapatkan untuk menciptakan hasil kebun kakao yang lebih baik, sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka di masa depan.